ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
I.
Diagnosa
medik: Trauma tumpul abdomen
II. Definisi: Trauma tumpul abdomen adalah
cedera yang diakibatkan oleh benda tumpul yang mengenai daerah abdomen yang
dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi didalam abdomen.
Klasifikasi trauma abdominal :
·
Trauma
tumpul : organ yang terkena limpa, hati, pangkeas, dan ginjal.
·
Trauma
tembus : organ yang terkena hati, usus
halus dan besar
III. Etiologi:
Trauma abdomen dapat
disebabkan oleh:
- Trauma tumpul abdomen disebabkan oleh kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor
- Trauma tembus (penetrasi) disebabkan oleh baku tembak dan luka tusukan (Brunner & Suddarth, 2002).
IV. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
fisik dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum
penderita (status generalis) untuk evaluasi keadaan sistim
pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang merupakan
sistim vital untuk kelangsungan kehidupan.
Pemeriksaan keadaan
lokal (status lokalis abdomen) pada derita dilaksanakan secara sistematis
dengan inspeksi, palpa perkusi dan auskultasi.
Inspeksi : Tanda-tanda khusus pada
trauma daerah abdomen adalah :
·
Penderita kesakitan.
·
Pernafasan dangkal karena nyeri
daerah abdomen.
·
Penderita pucat, keringat
dingin.
·
Bekas-bekas trauma pada
dinding abdomen, memar, luka, lapisan usus.
Palpasi : Akut
abdomen memberikan rangsangan pada peritoneum melalui
peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum
tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
Palpasi akan
menunjukkan 2 gejala :
·
Perasaan nyeri → Perasaan nyeri yang
memang sudah ada terus menerus
akan
bertambah pada waktu palpasi sehingga dikenal gejala
nyeri
tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul
rasa
nyeri di daerah peradangan pada penekanan dinding abdo-
men
di daerah lain.
·
Kejang otot (muscular
rigidity, defense musculaire) → Kejang otot yang ditimbulkan karena rasa nyeri
pada peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga
secara refleks terjadi kejang otot.
Perkusi: Perkusi pada akut abdomen
dapat menunjukkan
·
Perasaan nyeri oleh ketokan pada
jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok.
·
Bunyi timpani karena meteorismus
disebabkan distensi
usus yang berisikan gas pada ileus obstruksi rendah.
Auskultasi : Auskultasi
tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan
peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus
paralitik.
V. Pemeriksaan
penunjang
·
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan
Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa ter-dapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura
lienalis.Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar.
·
Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan
adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat
menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
·
Foto Thoraks
Selalu
harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk menyingkirkan adanya kelainan
pada thoraks atau
trauma pads thoraks.
·
Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Untuk melihat adanya trauma pada hepar
dan retroperitoneum.
·
Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan
bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
VI. Diagnosa
keperawatan yang sering muncul
·
Pola
pernapasan inefektif b.d penurunan ekspansi paru.
·
Gangguan
rasa nyaman: Nyeri b.d trauma jaringan.
·
Gangguan
pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d trauma pada lambung.
·
Gangguan
mobilitas fisik b.d ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan
alat eksternal.
VII.
Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Pola
pernapasan inefektif b.d penurunan ekspansi paru
Intervensi
|
Rasional
|
1. Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus,
contoh kolaps spontan atau pun trauma.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat
kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis, atau perubahan tanda vital.
3. Auskultasi bunyi napas.
4. Catat pengembangan dada.
5. Kaji pasien adanya nyeri tekan bila batuk,
napas dalam.
6. Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan
meninggikan kepala tempat tidur.
Kolaborasi
1. Awasi AGD dan nadi oksimetri
2. Berikan oksigen tambahan melalui kanula/
masker sesuai indikasi
|
1. Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk
pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain.
2. Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai
akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan hipoksia/perdarahan.
3. Bunyi napas dapat menurun atau tak ada
pada lobus, segmen paru,atau seluruh
area paru.
4. Pengembangan dada sama dengan ekspansi
paru.
5. Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif/
mengurangi trauma.
6. Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan ekspansi paru.
1. Mengkaji status pertukaran gas dan
ventilasi
2. Mengurangi distres respirasi dan
sianosis sehubungan dengan hipoksemia
|
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d trauma jaringan
Intervensi
|
Rasional
|
1. Catat lokasi, lamanya, intensitas (skala
1-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non verbal, contoh peningkatan TD dan
nadi, gelisah dan merintih
2. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
3. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk
menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan
juga tingkatkan relaksasi masase.
4. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
5. Berikan kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya
dipasang bantal kecil.
Kolaborasi
Berikan analgetik sesuai indikasi
denmgan dokter, pemberian analgetik
|
1. Membantu mengevaluasi derajat
ketidaknyamanan dan kefektifan analgesik
2. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
3. Akan melancarkan peredaran darah,
sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi
nyerinya.
4. Mengalihkan perhatian nyerinya ke
hal-hal yang menyenangkan
5. Istirahat akan merelaksasi semua
jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
Analgetik memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri akan berkurang.
|
3. Gangguan mobilitas fisik b.d
ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan
dan kebutuhan akan peralatan.
2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam
melakukan aktivitas.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan
ROM aktif dan pasif.
Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli terapi
fisik atau okupasi.
|
1. Mengidentifikasi masalah, memudahkan
intervensi.
2. Mempengaruhi penilaian terhadap
kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3. Menilai batasan kemampuan aktivitas
optimal.
4. Mempertahankan /meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot.
Sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges,M. A., Moorhouse, M. F.,&
Geissler, A.C (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Medicine & Linux. (2008). Trauma
abdomen. Diperoleh pada tanggal 19 Oktober 2008 dari http://medlinux.blogspot.com/2008/06/trauma-thorax.html.
Smeltzer, Z.
C,& Brenda, G. B .( 2001 ) Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8, vol 2. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar