Kamis, 17 Maret 2011

STROKE



STROKE


I. Definisi
Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic (Arif Manjoer, 2000).
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

II. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian: trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain, iskemia (penurunan aliran darah ke area otak) dah hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori , bicara atau sensasi (Smeltzer & Bare, 2002).

III. Patofisiologi
Trombosis serebral merupakan penyebab utama dari cerebrovaskuler accident proses terjadinya berhubungan dengan skleorosis pada arteri carotis dan percabangannya. Namun kadang-kadang dapat disebabkan oleh reaksi peradangan dingding pembuluh darah yang selanjutnya menyebabkan terhambatnya supplay darah dan iskemik jaringan otak, yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan nekrosis (infark) jaringan otak, DM, usia dan merokok merupakan faktor resiko aterosklerosis. Ateroskerosis merupakan kombinasi dari perubahan tumka intim dengan penumpukan lemak, komposisi darah maupun defisit Ca dan disertai pula oleh perubahan pada tumka media dipembuluh darah besar yang mengakibatkan permukaan menjadi tidak rata. Pada aliran darah lambat atau saat tidur makan terjadi penyumbatan untuk pembuluh darah kecil dan arterior terjadi penumpukan lipohyalinosis yang dapat menyebabkan miokard infark. Emobli berasal dari trombus yang rapuh atau kristal dalam arteri carotis dan arteri vertebralis yang sklerotik, bila terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli arteri intrakranium yang akhirnya mengakibatkan iskemik otak yang bila berlangsung lama akan menyebabkan nekrosis (infark) jaringan otak dan akan menyebabkan kematian.
IV. Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan umum
-         Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
-         Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
-         Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b)      Pemeriksaan integumen
-         Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
-         Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
-         Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c)      Pemeriksaan kepala dan leher
-         Kepala : bentuk normocephalik
-         Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
-         Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d)      Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e)      Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f)        Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g)      Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h)      Pemeriksaan neurologi
-         Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis.
-         Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
-         Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
-         Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999).

Pemeriksaan Laboratorium/Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara lain adalah:
1.         Laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah.
2.         Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.
3.         CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
4.         EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami gangguan.
5.         Pungsi Lumbal
- Menunjukan adanya tekanan normal
- ekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
6.         MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
7.         Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
8.         Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Doenges E, Marilynn, 2000 hal 292).

Diagnosa keperawatan
-         Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, tidak adekuatnya suplai darah ke cerebral : gangguan oklusi, homoragi, vasospasme cerebral, edema cerebral.
-         Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
-         Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan penglihatan
-         Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan otak.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. (2002). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi 3). Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C.,& Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth. (Vol. 2). Jakarta:EGC.



































Tidak ada komentar:

Posting Komentar