Retensi Urine
I.
Diagnosa Medik
Retensi urine
II.
Definisi
Retensi urin merupakan
ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau
dorongan terhadap hal tersebut.
III. Etiologi
Retensi urin dapat disebabkan
oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi uretra, trauma, disfungsi
neurogenik kandung kemih, dan beberapa keadaan lain.
Tanda-tanda klinis retensi:
·
Ketidaknyamanan
daerah pubis.
·
Distensi
VU
·
Ketidak
sanggupan unutk berkemih.
·
Sering
berkeih dalam VU yang sedikit (25 – 50 ml)
·
Ketidak
seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.
·
Meningkatnya
keresahan dan keinginan berkemih.
IV.
Pemeriksaan Fisik
1. Kaji kapan klien terakhir kali buang air
kecil dan berapa banyak urin yang keluar.
2. Kaji adanya nyeri.
3. Perkusi pada area supra pubik, apakah
menghasilkan bunyi pekak yang menunjukkan distensi kandung kemih.
V.
Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung
kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri
3. Intoleransi aktivitas
4. Ansietas b.d krisis situasi
VI.
Intervensi Keperawatan
1. Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung
kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
à Kriteria evaluasi :
- Berkemih dengan jumlah yang cukup
- Tidak teraba distensi kandung kemih
Intervensi
|
Rasional
|
1. Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2-4 jam
dan bila tiba-tiba dirasakan.
2. Tanyakan pasien tentang inkontinensia
stres.
3. Observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan ketakutan.
4. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap
berkemih..
5. Perkusi/palpasi area suprapubik
|
1. Meminimalkan retensi urin distensi
berlebihan pada kandung kemih.
2. Tekanan ureteral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih.
3. Berguna untuk mengevaluasi obsrtuksi dan
pilihan intervensi.
4. Retensi urin meningkatkan tekanan dalam
saluran perkemihan atas.
5. Distensi kandung kemih dapat dirasakan
diarea suprapubik.
|
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri
à Kriteria evaluasi : - Menyatakan nyeri hilang/
terkontrol
- Menunjukkan rileks, istirahat dan
peningkatan aktivitas dengan tepat
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri.
2. Plester selang drainase pada paha dan
kateter pada abdomen.
3. Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan.
4. Berikan tindakan kenyamanan
5. Dorong menggunakan rendam duduk, sabun
hangat untuk perineum.
|
1. Memberikan informasi untuk membantu dalam
menetukan intervensi.
2. Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi
pertemuan penis-skrotal.
3. Tirah baring mungkin diperlukan pada awal
selama fase retensi akut.
4. Meningktakan relaksasi dan mekanisme
koping.
5. Meningkatkan relaksasi otot.
|
3. Intoleransi aktivitas
à Kriteria evaluasi : -
Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan tidak adanya dispnea, kelemahan, tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi
pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3. Jelaskna pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
|
1. Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
2. Menurunkan stres dan rangsangan
berlebihan, meningkatkan istirahat.
3. Tirah baring dapat menurunkan kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan
respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan.
4. Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
|
4. Ansietas b.d krisis situasi
à Kriteria evaluasi :
- Mengakui dan mendiskusikan
takut/masalah
- Menunjukkan rentang perasaan
yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/istirahat
Intervensi
|
Rasional
|
1. Identifikasi
persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari situasi.
2. Observasi respon fisik,seperti gelisah,
tanda vital, gerakan berulang.
3. Dorong pasien/orang terdekat untuk
mengakui dan menyatakan rasa takut.
4. Identifikasi pencegahan keamanan yang
diambil, seperti marah dan suplai oksigen. Diskusikan.
|
1. Mendefinisikan lingkup masalah individu
dan mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Berguna dalam evaluasi derajat masalah
khususnya bila dibandingkan dengan pernyataan verbal.
3. Memberikan kesempatan untuk menerima
masalah, memperjelas kenyataan takut dan menurunkan ansietas.
4. Memberikan kayakinan untuk membantu
ansietas yang tak perlu.
|
VII. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Doenges. M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Hudak, C. M &
Barbara, M. G. (1997). Keperawatan
kritis: pendekatan holistik. Jakarta: EGC.
Perry &
potter. (2006). Fundamental keperawatan.
Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar