Rabu, 16 Maret 2011

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK

http://yandrifauzan.blogspot.com/


LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK

A.       Defenisi & klasifikasi
1.    Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/nidasi/melekatnya buah kehamilan diluar tempat yang normal, yakni diluar rongga rahim. Sedangkan yang disebut sebagi kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba isi.
2.    Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing – masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain (1,5):
1.      Tuba Fallopi
a). Pars-nterstisialis
b). Ishtmus
c). Ampula
d). Infundibulum
e). Fimbrae
2.      Uterus
a). Kanalis servikalis
b). Divertikulum
c). Kornu
d). Tanduk rudimenter
3.      Ovarium
4.      Intraligamenter
5.      Abdominal
a). Primer
b). Sekunder
c). Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
B.       Etiologi
Estiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebanya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahn sel telur dibagian ampula tuba, dan dalam perjalanan ke uterus, telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Faktor – faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :
1.    Faktor dalam lumen tub
·           Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
·           Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkelok – kelok dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
·           Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.
2.    Faktor pada dinding tuba
·           Endometriosis tuba dapat mempengaruhi implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
·           Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang telah dibuahi.

3.    Faktor di luar dinding tuba
-            Perlekatan peritbal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan sel telur.
-            Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4.    Faktor lain
-            Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya, dapat memperpanjang perjalanan sel telur yang telah dibuahi ke uterus, pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implanttasi premature
-            Fertilisasi in vitro
C.       Manifestasi Klinis
Gabaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain :
1.    Keluhan gastrointestinal, keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut mempunyai keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan perdarahannya disamping keterlambatan diagnosis.
2.    Nyeri tekan abdomen dan pelvis, nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga perempat kasus kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang – kadang tidak terlihat sebelum rupture terjadi.
3.    Amenore, riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru.
4.    Spotting atau perdarahan vaginal, selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak memadai lagi, mukosa terus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut biasanya sedikit – sedikit, berwarna coklat gelap dan dapat terputus – putus dan terus – menerus.
5.    Perubahan Uterus, uterus pada kehamilan ektopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh massa ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum terisi darah, uterus dapat mengalami pergeseran hebat. Uterine cast akan dieksresikan oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10%  pasien. Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.
6.    Tekanan darah dan denyut nadi, reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada denhyut nadi dan tekanan darah., atau reaksinya kadang - kadang sama seperti yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi.
7.    Hipovolemi, penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adaya penurunan volume darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut baru mungkin terjadi setelah timbul hipovolemi yang serius.
8.    Suhu tubuh, setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya infeksi. Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk membedakan antara kehamilan tuba yang mengalami rupture dengan salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 380C.
9.    Masa Pelvis, masa pelvis dapat teraba pada ± 20% pasien. Masa tersebut mempunyai ukuran, konsentrasi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5 – 15 cm, sering teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras. Hampir selalu masa pelvis ditemukan disebelah posterior atau lateral uterus. Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis dalam tindakan palpsi.
10.               Hemotokel pelvic, pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan diikuti oleh perembesan darah secara perlahan – lahan kedalam lumen tuba, kavum peritoneum atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes akan terkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus denga adanya perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.
D.       Pemeriksaan penunjang
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnsosi kehamilan ektopik :
1.    HCG-β
Pengukuran subunit beta dari HCG (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterine dengan kehamilan ektopik
2.    Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya yang diisap berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi
3.    Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
4.    Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagi alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil – hasil penilaian prosedur diagnotik lain untuk kehamilan ektopik terganngu meragukan. Namun beberpa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
5.    Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laporaskopi ialah tidak invasive, artinya tidak perlu memasukkan rongga kedalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa dikanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.
6.    Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemerikasaan bimanual, diluar kantong janin dapat diraba suatu tumor.
7.    Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian- bagian janin menutupi vertebra ibu.
8.    Histerosalpingografi
9.    Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore.


E.        Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.    Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi
2.    Kekurangan volume cairan b.d ruptur kehamilan ektopik
3.    Proses berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan
4.    Resiko infeksi b.d perdarahan dan luka insisi.

1.    Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi
Tujuan : klien dapat melaporkan pengurangan atau ketiadaan nyeri
KH      : - klien mengungkapkan mengurangi nyeri
-  klien mendemonstrasikan aktivitas distraksi
Intervensi
Rasional
Kaji rasa nyeri klien, meliputi sifat, lokasi, dan durasi
Membentu menentukan diagnose dan memilih tindakan. Ruptur kehamilan ektopik mengakibatkan nyeri hebat, hemoragi diakibatkan rupture tuba fallopi kedalam abdomen.
Kaji respon emosional klien
Ansietas dapat memperberat nyeri karena sindrom ketengangan takut nyeri
Beri lingkungan yang nyaman dan tenang, serta ajarkan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri dengan menggunakan metode relaksasi (napas dalam, visualisasi,dan distrkasi)
Dapat membentu menurunkan tingkat ansietas dan mereduksi rasa ketidaknyamanan nyeri
Kalaborasi
Berikan analgetik seperti sedativf atau opioid

Analgetik bersifat sebagai pain killer sehingga dapat meningkatkan kenyamanan
Siapkan prosedur bedah bila diindikasikan
Tindakan invasive untuk memperbaiki kerusakan/rupture/tuba fallopi akan menghilangkan nyeri

2.    Kekurangan volume cairan b.d ruptur kehamilan ektopik
Tujuan : kondisi klien menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan
KH    : - pendarahan teratasi dalam 2 jam (ditandai dengan tidak adanya pendarahan berhenti, capillary refill ≤5 detik, akral tidak dingin, kulit normal, tidak biru atau pucat, kesadaran kompos mentis, nadi normal tidak lebih dari 100 atau kurang dari 60
-  klien menunjukkan gejala syok heamoragik dalam 4 jam
Intervensi
Rasional
Evaluasi, catat dan laporkan jumlah serta sifat kehilangan darah
Perkiraan kehilangan darah dapat membantu menegakkan diagnosa
Lakukan tirah baring. Instruksikan klien untuk menghindari calsava maneuver dan coitus
Pendarahan dapat berhenti dengan mengurangi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau argasme dapat merangsang pendarahan.
Posisikan klien telentang dengan panggul ditinggikan
Menjamin keadekuatan darah yang tersedia, peninggian panggul menghindari kompresi vena kava inferior
Catat TTV, capillary refill, warna kulit dan suhu tubuh
Membantu menentukan beranya kehilangan darah dan memantau syok serta memantau keadekuatan pergantian cairan



3.    Proses berduka b.d kehilangan kehamilan
Tujuan : klien menunjukkan proses berduka adaptif
KH    : - klien mampu menceritakan perasaan berdukanya kepada perawat

Intervensi
Rasional
Diskusi situasi dan pemahaman tentang kondisi kesehatan dengan klien dan pasangan
Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap masalah kesehatan yang dihadapi
Pantau respon verbal dan nonverbal klien dan pasangan
Memberikan informasi tingkat rasa takut yang sedang dialami klien dan pasangan
Dengan keluhan klien secara aktif
Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan kepada klien untuk mengembangkan solusi sendiri
Berikan informasi secara verbal dan tertulis, beri kesempatan klien untuk bertanya. Jawab pertanyaan klien dengan jujur
Pengetahuan akan membantu klien mengatasi situasi yang dihadapinya dengan efektif

4.    Resiko infeksi b.d pendarahan dan luka insisi
Tujuan : infeksi tidak terjadi
KH    : - klien tidak demam, suhu turun
-  Klien mengatakan tidk lemas
Intervensi
Rasional
Kaji dan pantau TTV terutama suhu
Dasar dalam melakukan tindakan
Kaji tanda – tanda infeksi
Antisipasi terjadinya infeksi dan intervensi yang benar
Kaji derajat luka, daerah luka, cairan yang diluka
Menentukan intervensi yang tepat
Lakukan perawatan luka dengan benar 2 kali sehari
Perawatan luka dapat mencegah infeksi

 

 Diargnosa1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikal oleh mioma.
Tujuan: Klien dapat mengontrol nyerinya
 Kriteria hasil :
-         mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri,
-         mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.
Intervensi dan Rasional
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
     Rasional: Memudahkan tindakan keperawatan
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
    Rasional: Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
     Rasional: Meningkatkan kenyamanan klien
4. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
     Rasional: Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
5. Kolaborasi pemberian analgesik
    Rasional: Mengurangi nyeri

Diargnosa 2.
            Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
Tujuan:
Pola eliminasi urine ibu kembali normal
 
Kriteria hasil:
-         ibu memahami terjadinya retensi urine
-         bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
Intervensi dan Rasional
   1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional: Melihat perubahan pola eliminasi klien
1.    Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa   nyeri.
Rasional: Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat,  mengatur posisi, mengalirkan air keran.
Rasioanal: Mencegah terjadinya retensi urine








Tidak ada komentar:

Posting Komentar