Rabu, 16 Maret 2011

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ANEMIA

http://yandrifauzan.blogspot.com/


LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ANEMIA


I. Diagnosa Medik:
    Anemia

II.  Definisi:
Anemia adalah suatu keadaan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2002).
Anemia bukan merupakan penyakit melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.

III.   Klasifikasi anemia
a.       Anemia defisiensi
                        2.      Anemia defisiensi Fe anemia akibat kekurangan zat besi, seperti makan makanan yang tidak cukup Fe, komposisi makanan tidak baik  untuk penyerapan Fe, gangguan penyerapan Fe, kebutuhan Fe kurang, perdarahan kronik atau berulang.
                        3.      Anemia defisiensi asam folat asam folat merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah secara normal, yang disimpan dalam bentuk senyawa yang dikenal dengan folat defisiensi ini sering dijumpai pada pasien yang jarang makan sayur dan buah mentah.
                        4.      Anemia defisiensi vitamin B12 anemia yang terjadi karena defisiensi vitamin B 12 akibat diet yang yang tidak adekuat seperti pada vegetarian.
b.    Anemia karena perdarahan anemia yang terjadi akibat kehilangan darah secara berlebihan, seperti penyakit kronik, menstruasi, trauma.
c.    Anemia aplastik disebabkan oleh penurunansel prekursor dalam sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak.
d.    Anemia hemolitik anemia yang terjadi karena pendeknya umur eritrosit sumsum tulang hanya mapu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah secara normal.
e.    Anemia megaloblastik anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang menunjukkan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan dara tepi, karena kedua vitamin tersebut penting untuk esensial bagi sintesis DNA normal.

V.       Etiologi
Terdapat berbagai macam anemia yang sebagian disebabkan oleh produksi sel darah merah yang tidak cukup, sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Faktor penyebab lainnya adalah:
a.       Kehilangan darah atau karena perdarahan
b.      Kekurangan nutrisi
c.       Faktor keturunan
d.      Penyakit kronis
e.       Pajanan toksik
f.        Invasi tumor


VI.    Patofisiologi
Timbulnya anemia dapat mencerminkan adnaya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah atau keduanya. Kegagalan sumsum (berkurangnya erotropoesis) dapat terjadi karena kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, tetapi kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) yang dapat disebabkan karena defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik (retikuloendotelial) dalam hati dan limpa. Proses ini menghasilkan bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi seperti pada kelainan hemolitik maka hemoglobin akan muncul melalui plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin.
Jumlah efektif sel darah merah berkurang (anemia), berkurangnya hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan menurun dan dapat mengenai semua sistem organ. Kehilangan darah merah yang mendadak seperti pada perdarahan dapat menyebabkan terjadinya gejala-gejala hipovolemia dan hipoksemia seperti kegelisahan, diaforesis, takikardia, napas pendek, dan dapat berkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi (syok).
Berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ dapat menimbulkan tanda pada kulit yaitu kulit dan membran mukosa pucat, ikterik, kulit dan rambut kering. Pada jantung dan paru dapat terjadi takikardi dan bising jantung karena beban kerja jantung dan curah jantung meningkat. Angina, gagal jantung kongestif karena otot jantung tidak dapat beradaptasi akibat peningkatan kerja jantung. Dispnea, napas pendek dan cepat lelah karena berkurangnya pengiriman oksigen. Pada sistem neurologis dapat terjadi sakit kepala, pusing, pingsan dan tinitus karena berkurangnya oksigen pada sistem saraf pusat. Pada sistem gastrointestinal dapat menyebabkan mual, muntah, anoreksia.

VII.           Manifestasi klinis
Berbagai faktor yang mempengaruhi berat dan adanya gejala adalah kecepatan kejadian anemia, durasinya, kebutuhan metabolisme, adanya kelainan lain atau kecacatan dan komplikasi tertentu atau keadaan tertentu yang mengakibatkan anemia.Gejala yang dapat timbul antara lain:
             1.     Pucat
            2.      Lemah
            3.      Takikardia
            4.      Dispnea
            5.      Peningkatan curah jantung
            6.      Nyeri
            7.      Gejala-gejala pada gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia.
VIII.        Evaluasi diagnostik
a.       Uji hematologis meliputi kadar hemoglobin dan hematokrit, indeks sel darah merah, sel darah putih, kadar besi serum, pengukuran kadar besi serum, kadar folat, vitamin B12, trombosit, waktu perdarahan dan waktu protrombin.
b.      Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
c.       Pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

IX.  Penatalaksanaan
Penatalaksanan ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
Terapi anemia defisiensi zat besi dengan preparat oral atau parenteral. Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi, fero sulfat, fero gloconat atau Na- fero bisitrat. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran 100 mf (20 ml) intravena.

X.     PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identitas pasien
b.      Riwayat kesehatan
c.       Pemerisaan fisik
-         Kelemahan / kelelahan
-         Kulit dan membran mukosa pucat
-         Dapat juga ikterik
-         Rambut dan kulit kering
-         Status jantung
·        Hemoglobin menurun, jantung berusaha mengkompensasi dengan memompa cepat dan kuat agar lebih banyak mengangkut darah ke jaringan yang hipoksia.
·        Takikardia, palpitasi, dispnea, pusing.
·        Gagal jantung kongestif (kardiomegali dan hepatomegali)
d.      Status neurologis, dapat terjadi baal, parastesia perifer, ataksia, kejang.
e.       Status gastrointestinal, dapat terjadi mual, muntah, diare, anoreksia .

2.      Diagnosa Keperawatan
·        Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diberikan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel.
·        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, malaise.
·        Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi esensial.
·        Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ganguan suplai oksigen.
·        Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.

3. Intervensi Keperawatan
·  Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diberikan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa dasar kuku.


Anjurkan klien meninggikan kepala tempat tisur sesuai toleransi.


Kaji adanya keluhan nyeri dada, palpitasi.


Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori bingung.

Kaji adanya keluhan rasa nyeri, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.



Kolaborasi
Anjurkan pasien untuk rajin periksa Hb/Ht.



Berikan SDM darah lengkap, packed, produk darah sesuai indikasi.



Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.

Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial resiko infark.

Dapat mengidentifikasi gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12.

Vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer. Kenyaman pasien/ kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasokontriksi ( penurunan perfusi organ).

Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan respon terhadap terapi dan mengantisipasi terjadinya perdarahan.

Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan dan meningkatkan nutrisi dan O2.


·        Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi esensial

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.

Observasi dan catat masukan makanan pasien.

Timbang berat badan setiap hari.


Berikan makan sedikit tapi frekuensi sering.


Observasi dan cata kejadian mual/ muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan

Berikan dan bantub oral higiene mulu yang baik, sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.


Kolaborasi
Konsul pada ahli gizi


Pantau pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/ Ht, BUN ,albumin, protein, transperin, besi, serum, B12, asam folat.

Berikan obat sesuai indikasi.
Vitamin dan suplemen mineral misalnya sianokalamin (vit B12), asam folat ( flovite), asam askorbat (vit c).


Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai indikasi.

Berikan suplemen nutrisi misalnya ensure, isocal.

Mengidentifikasi defiensi, menduga kemungkinan intervensi.

Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.

Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi.

Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencgah distensi gaster.

Gajala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.




Membantu dalam membuat rencan diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

Meningkatkan efektifitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau masukan oral yang buruk dan defiensi yang teridentifikasi.



Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleran pasien.


Meningkatkan masukan protein dan kalori.


·  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, malaise

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktifitas normal. Catat dan laporkan keletihan, kelemahan dan kesulitan beraktifitas.

Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.


Awasi Td, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktifitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas.

Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantaudan batasi pengunjung dan gangguan berulang.

Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.


Berikan bantuan dalam aktivitas/ ambulasi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukan sebanyak mungkin.

Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi nyeri dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.

Mempengaruhi pilihan intervensi/ bantuan.



Menunjukkan perubahan karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien / resiko cedera.

Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

Meningkatkan istirahan untuk menurunkan kebuthan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.


Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.

Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sendiri.


Regangan/ stres kardiopulmonal berlebihan/ stres dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.















DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
            Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC
                       
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar