HEMATEMESIS MELENA
- Definisi
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah
darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di
tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi
karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum.
- Etiologi
Dari penelitian Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM di dapatkan penyebab
perdarahan saluran cerna baian atas terbanyak adalah pecahnya varises
esophagus. Penyebab varises esofagus merupakan yang terbanyak di Indonesia
, disebabkan oleh penyakit sirosis hati. Secara teoritis lengkap terjadinya
penyakit atau kelainan saluran cerna bagian atas disebabkan oleh ketidak
seimbangan faktor agresif dan faktor defensif, dimana faktor agresif meningkat
atau factor defensifnya menurun. Yang dimaksud dengan faktor agresif antara
lain asam lambung, pepsin, refluks asam empedu, nikotin, obat anti inflamasi
non steroid (OAINS), obat kortikosteroid, infeksi Helicobacter pylori dan
faktor radikal bebas. Yang dimaksud dengan faktor defensif yaitu aliran darah
mukosa yang baik, sel epitel permukaan mukosa yang utuh, prostaglandin, mukus
yang cukup tebal, sekresi bikarbonat, motilitas yang normal, impermeabilitas
mukosa terhadap ion H dan regulasi pH intra sel.
- Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk
mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya
teklanan dalam vena ini, maka vena tsb menjadi mengembang dan membesar (dilatasi)
oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan
gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah
tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung.
Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat
pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
- Pemeriksaan Fisik:
§ Keadaan umum
§ Kesadaran
§ Nadi, tekanan darah
§ Tanda-tanda anemia
§ Gejala hipovolemia
§ Tanda-tanda hipertensi portal dan
sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema palmaris, capit medusae, adanya
kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Laboratorium:
§ Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan
leukosit
§ Elektrolit: penurunan
kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
§ Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin,
tromboplastin
§ Gas darah arteri: alkalosis respiratori,
hipoksemia
- Diagnosa Keperawatan
· Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster
berlebihan, diare dan penurunan
masukan
· Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d penurunan masukan, pembatasan diet
dan peningkatan laju.
· Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena
· Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang /
salah interpretasi informasi tentang penyakit.
· Ansietas
berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun kerusakan
bentuk tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial atau ketidakmampuan yang
permanen.
- INTERVENSI KEPERAWATAN
·
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster
berlebihan, diare dan penurunan
masukan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji TTV, catat perubahan TD
(Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan
kelembaban membran mukosa.
Awasi pemasukan dan haluaran ,
catat/ ukur diare dan kehilangan dari pengisapan NG.
Evaluasi kekuatan/ tonus otot.
Observasi tremor otot.
Penuhi kebutuhan individu/ ganti
jadwal
Dorong masukan melalui oral bila
mampu
Kolaborasi
Berikan cairan tambahan IV sesuai
indikasi
Awasi elektrolit dan gantikan
sesuai indikasi.
|
Indikator dehidrasi /
hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan.
Perubahan pada kapasitas gaster/
motilitas usus dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuhan cairan,
peningkatan resiko dehidrasi.
Kehilangan gaster besar dapat
mengakibatkan penurunan magnesium dan kalsium, mengakibatkan kelemahan/
tetani neuromuskular.
Penentuan denga jumlah ukuran
yang hilang/ perkiraan kehilangan yang tak tampak dan tergantung pada
kapasitas lambung.
Memungkinkan penghentian tindakan
dukungan cairan invasif dan mempengaruhi kembalinya fungsi usus normal.
Menggantikan kehilangan cairan
dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera/ mampu memenuhi cairan
per oral.
Penggunaan selang Ng atau muntah
dapat menurunkan elektrolit, mempengaruhi fungsi organ.
|
· Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan, pembatasan diet dan peningkatan laju
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Catat status
nutrisi pasien, catat turgor kulit , berat badan dan derajat kekurangan
berata badan, integritas kulit, adanya tonus usus, riwayat mual/ muntah atau
diare.
Pastikan pola
diet biasa pasien, yang disukai/ tidak disukai.
Awasi masukan/
pengeluaran dan berat badan secara periodik.
Selidiki
anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi
frekuensi, volume, konsistensi feses.
Dorong makan
dengan sering dengan porsi sedikit.
Berika perawatan
mulut sesudah maupun sebelum tindakan.
Dorong orang
terdekat untuk memberikan makanan.
Kolaborasi
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
Konsul dengan
terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1- 2 jam sebelum/ sesudah makan.
Awasi
pemeriksaan laboratorium contohnya: BUN, protein, serum, dan albumin.
Berikan terapi
yang tepat.
|
Berguna untuk
mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
Membantu dalam
mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangkan keinginan individu
untuk memperbaiki makanan.
Berguna dalam
menukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Dapat
mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk
meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrien.
Membantu
menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
Menurunkan rasa
tak enak karena sisa muntah atau obat untuk pengobatan respirasi yang
merangsang pusat muntah.
Membuat
lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan
personal dan kultural.
Memberikan
bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik pasien.
Dapat membantu
menurunkan insiden mual/ muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan
pernafasan pada perut yang penuh.
Nilai rendah
menunjukkan malnutrisi dan menunjukkann kebutuhan intervensi/ perubahan
program terapi.
Demam
meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga komsumsi kalori.
|
· Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Tekankan tehnik cuci tangan
dengan tepat
Pertahankan tehnik aseptik pada
penggantian balutan, prosedur invasif.
Lihat insisi bedah/ sisi infasif
untuk eritema, drainase purulen.
Dorong perubahan posisi sering:
nafas dalam, batuk, penggunaan alat pernafasan seperti spirometer insentif.
Berikan perawatan kateter rutin/
dorong perawatan perineal.
Observasi untuk melaporkan nyeri
tak normal, peningkatan suhu, peningkatan jumlah sel darah putih.
Kolaborasi
Berikan antimikrobial tropikal/
antibiotik sesuai indikasi.
Barikan antibiotik IV sesuai
indikasi
|
Mencegah penyebaran bakteri,
kontaminasi silang.
Menurunkan resiko infeksi
nosokomial.
Deteksi dini terjadinya infeksi
memberikan pencegahan komplikasi lebih serius.
Meningkatkan mobilisasi sekret,
menurunkan resiko pneumonia.
Mencegah naiknya infeksi kandung
kemih.
Di duga kemungkinan terjadi
peritonitis.
Menurunkan kolonisasi bakteri
atau jamur pada kulit, mencegah infeksi luka.
Program antibiotik profilaksis
biasanya standar pada pasien ini untuk menurunkan resiko kontaminasi
perioperasi / peritonitis.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC
Doengoes. E. Mariylynn. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Hematemesis, (http://megapharma.multiply.com/reviews/item/2),
diperoleh pada tanggal 5 oktober 2008 .
Hudak dan Galo. (1996). Keperawatan
kritis: Pendekatan holistik. (Vol. II, edisi 6). Jakarta: EGC.
Mansjoer. A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media
aesculapius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar