GAGAL GINJAL KRONIK
- DEFINISI
Gagal ginjal
kronik adalah kerusakan ginjal yang terus berlangsung dan tidak dapat di
perbaiki. (Charlene, 2001). Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang
progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (
retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah)
Gagal
ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium
dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
- Etiologi
Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati
refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti
hipertensi, obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia, penyebab
gagal ginjal kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan
pielonefritis kronis (Arif, 1999).
- Patofisiologi
Penurunan fungsi renal menyebabkan penimbunan
produk akhir metabolisme tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia. Selain
itu penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat menyebabkan klirens kreatinin
menurun dan kadar kreatinin serum meningkat. Ginjal tidak mampu untuk
mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara normal, akibatnya terjadi
retensi cairan dan natrium yamg meningkatkan terjadinya edema. Penurunan dari fungsi ginjal juga
menyebabkan produksi eritropoetin tidak adekuat menstimulasi sum-sum tulang
untuk menghasilkan sel darah merah dan menyebabkan anemia yang disertai
keletihan, angina, sesak napas, defisiemsi nutrisi dan kecenderungan untuk
terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain itu juga menurunkan kadar serum
kalsium dan meningkatkan kadar fosfat serum. Penurunan kadar kalsium serum
menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar parathiroid.
Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon
akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
Manifestasi klinik
·
Gejala
kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (
akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sytem renin
angiotensin-aldosteron) dan perikardirtis (iritasi pada lapisan pericardial
oleh toksik uremik).
·
Gejala
Dermatologi
Yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritus), warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering dan bersisik, kuku
tipis dan rapuh, butran uremik, suatu penumpukan kristal urea dikulit, saat ini
jarang terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif
·
Gejala
gastrointestinal
Sering terjadi dan mencakup : anoreksia, mual dan
muntah, nafas bau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, konstipasi dan
diare, perdarahan gastro intestinal.
·
Respirasi
Edema paru, efusi pleura, pleuritis
·
Neuromuskular
Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi,
gangguan muskular, neuropati perifer, bingung, koma.
·
Hematologi
Anemia, perdarahan meningkat
4. Pemeriksaan fisik
·
Aktifitas
Gejala : Kelelahan ekstrem, kalemahan, malaise Gangguan
tidur (insomnia / gelisah atau somnolen).Tanda : Kelemahan otot,
kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
·
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi lama atau berat
palpatasi, nyeri dada (angina).Tanda, Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema
jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan, nadi lemah, hipotensi
ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir,
pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan
·
Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan
sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
·
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(pada gagal ginjal tahap lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi.Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
·
Makanan / cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (oedema),
penurunan berat badan (malnutrisi), Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan amonia) penggunaan diurotik. Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, edema (umum,
targantung),ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
·
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur ,kram otot /
kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremiras bawah. Tanda
: Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang,rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
·
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri
kaki, Tanda : Perilaku
berhati-hati / distraksi, gelisah
·
Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa
sputum kental dan banyak.Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.Batuk dengan sputum
encer (edema paru)
·
Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada / berulangnya infeksi. Tanda : Pruritis Demam (sepsis,
dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal Ptekie, area ekimosis pada kulit Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
·
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
·
Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
·
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal),
penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat,
racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini
/ berulang.
5. Pemeriksaan diagnostik
1. Urin
a. Volume urin :
oliguri atau anuria
b. Warna
urin : keruh
c. BJ urin :
kurang 1,015
d. Osmolalitas
urin
e. Klirens kreatinin menurun
f. Natrium meningkat
g. Proteinuria
2. Darah
a. BUN/ kreatinin meningkat
b. Ht
dan Hb
c. Natrium serum
6. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
· Penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan
cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskular
sistemik.
· Perubahan proses pikir b.d perubahan
fisiologis, akumulasi toksin, asidosis metabolik, ketidakseimbangan elektrolit,
hipoksia.
· Kerusakan integritas kulit b.d gangguan
status metabolik, sirkulasi dan sensasi, gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas
toksin dalam kulit.
· Perubahan membran mukosa oral b.d kurang/
penurunan salivasi, pembatasan cairan, iritasi kimia, perubahan urea dalam
saliva menjadi amonia.
· Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d keterbatasan kognitif, salah informasi
tentang penyakit.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan
cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskular
sistemik
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
Mandiri
· Auskultasi bunyi jantung dan paru.
Evaluasi adanya edema perifer/ kongesti vaskuler dan keluhan dispnea.
· Kaji adanya derajat hipertensi, awasi TD,
perhatikan perubahan postural., contohnya duduk, berbaring dan berdiri.
· Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan
lokasi, radiasi, beratnya dan apakah nyerinya menetap dengan inspirasi dan posisi
terlentang.
· Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap
aktivitas.
Kolaborasi
· Awasi pemerikasaan laboratorium:
Elektrolit ( kalium, natrium, kalsium dan
magnesium), BUN
Foto dada
· Berikan obat antihipertensi, contohnya
prozazin (minipress), katopril (capoten), klonodin (catapres), hidralazin
(apresoline).
|
· Adanya takikardia, frekuensi jantung tak
teratur, takipneu, dispnea, mengi, dan edema/ distensi jugular menunjukkan
GGK
· Hipertensi bermakna dapat terjadi karena
gangguan pada sistem aldosteron renin angiotensin.
· Hipertensi dan GGK kronis dapat
menyebabkan pasien mengalami perikarditis, potensial resiko efusi
perikardial/ tamponade.
· Kelelahan dapat menyertai GGK juga
anemia.
· Ketidakseimbangan dapat menggangu
konduksi elektrikal dan fungsi jantung.
Berguna dalam mengidentifikasi terjadinya gagal jantung atau klasifikasi
jaringan lunak.
· Menurunkan tahanan vaskular sistemik dan
pengeluaran renin untuk menurunkan kerja miokardial dan membantu memcegah
GJK.
|
· Siapkan dialisis
|
· Penurunan ureum toksik dan memperbaiki
ketidakseimbangan elektrolit dan kelebihan cairan dapat membatasi / mencegah
menifestasi jantung, termasuk hipertensi dan efusi perikardial
|
2.Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis,
akumulasi toksin, asidosis metabolik, ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
· Kaji luasnya gangguan kemapuan berfikir,
memori dan orientasi.
Perhatikan lapang perhatian.
· Pastikan orang terdekat tahu keadaan
mental pasien.
· Berikan orang terdekat informasi tentang
status pasien.
· Orientasikan kembali lingkungan, orang.
· Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak
menggangu peride tidur.
Kolaborasi
· Awasi pemerikasaan laboratorium contoh :
BUN/ kretinin, elektrolit serum, kadar glukosa dan GDA.
· Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
· Hindari penggunaan barbiturat dan opiat.
· Siapkan untuk dialisi
|
· Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan
kekacauan dan ketidakmampuan untuk
mengasimilasi informasi dan partisipasi dalam perawatan.
· Memberikan perbandingan untuk
mengevaluasi perkembangan / perbaikan gangguan.
· Beberapa perbaikan dalam mental mungkin
diharapkan adanya perbaikan kadar BUN, elektrolit dan ph serum normal.
· Memberikan petunjuk untuk membantu dalam pengenalan kenyataan.
· Gangguan tidur dapat menggangu kemampuan
kognitif lebih lanjut.
· Perbaikan peningkatan /
ketidakseimbangan dapat mempengaruhi kognitif/ mental.
· Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki
kognitif.
· Obat- obatan secara normal di
detoksifikasi dalam ginjal akan mengalami waktu paruh / efek akumulasi,
memperburuk keadaan.
· Penyimpangan proses pikir dapat
menunjukkan memburuknya azotemia dan kondisi umum.
|
- Kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolik, sirkulasi dan sensasi, gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas toksin dalam kulit.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
· Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,
turgor. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis dan
purpura.
· Pantau masukan cairan dan dehidrasi
kulit dan membran mukosa.
· Inspeksi area tegantung terhadapa edema
· Ubah posisi dengan sering.
· Berikan perawata kulit, batasi
penggunaan sabun, berikan salep.
· Anjurkan pasien mengguanakan kompres
lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritus.
Kolaborasi
· Berikan matras busa
|
· Menandakan area sirkulasi memburuk/
kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/ infeksi.
· Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat
sirkuler.
· Jaringan edema cenderung rusak / sobek.
· Menurunkan terjadinya tekanan edema,
jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia.
· Mengurangi pengeringan dengan sabun.
Salep untuk menghilangkan kekeringan pada kulit.
· Menurunkan ketidaknyaman dan menurunkan
resiko cedera dermal.
· Menurunkan tekana lama pada jaringan
yang dapat membatasi perfusi selular yang menyebabkan terjadinya iskemia/
nekrosis.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Price, Sylvia (1995).
Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Nursalam. M (2006). Asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan, Jakarta : Salemba
Medika.
Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta
kedokteran. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar