Angina Pektoris
I. Diagnosa Medik:
Angina Pektoris
II. Definisi:
Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang
ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada
depan (Smeltzer & Bare, 2002).
Angina pektoris adalah nyeri dada yang
menyertai iskemia miokardium (Price & Wilson, 2002). Angina dapat dijumpai
sebagai nyeri yang dijalarkan, atau nyeri yang seolah berasal dari mandibula,
lengan atas, atau pertengahan punggung (Price & Wilson, 2002).
III. Etiologi
Penyebabnya diperkirakan berkurangnya
aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau
dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat seperti aterosklerosis.
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri
angina:
- latihan fisik dapat memicu serangan dengan
cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
- Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
- Makan makanan berat akan meningkatkan
aliran darah ke daerah mesenterik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan
darah untuk suplai jantung (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan
darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).
- Stres atau bebagai emosi akibat situasi
yang memegangkan, menyebabkan freuensi jantung meningkat akibat pelepasan
adrenalin dan kerja jantung juga meningkat.
IV. Jenis Angina Pektoris
1.
Angina pektoris stabil
Apabila plak
ateroma yang berada di A. koronaria stabil, maka serangan AP selalu
timbul pada kondisi yang sama yaitu pada waktu terjadi peningkatan beban
jantung.
Diagnosis
AP stabil dapat ditegakkan apabila dalam anamnesis didapati bahwa serangan AP
timbul setiap kali pada waktu melakukan aktivitas fisik, menghilang lagi bila
istirahat atau dengan pemberian nitrat, lamanya
serangan tidak lebih dari 5 menit, tidak disertai keluhan sistemik
(seperti muntah dan keringat dingin ), gejala AP sudah di alami sejak 1 bulan,
dan beratnya tidak berubah di dalam beberapa tahun terakhir.
2. Angina Pektoris Tak Stabil
Apabila keadaan plak ateroma pada
A. koronaria menjadi tidak stabil, misalnya mengalami perdarahan, ruptur atau
terjadi fissura, sehingga terbentuk trombus di daerah plak yang menghambat
aliran darah koroner dan terjadi serangan AP. Serangan AP jenis ini datang
tidak tentu, dapat terjadi pada waktu penderita sedang melakukan kegiatan fisik
atau dalam keadaan istirahat, dan gejalanya bervariasi tergantung bentuk besar
kecil dan keadaan trombus.
3.
Variant Angina (Prinzametal’
Angina Vasospastik)
Spasme A. Koronaria dapat terjadi walaupun tanpa
adanya lesi ateroklerotik atau peningkatan beban jantung. AP yang disebabkan
oleh spasme A. Koronaria disebut varient
angina atau Prinzmental angina (pertama
kali dilaporkan oleh Prinzmental pada
tahun tahun 1959).
Sifat AP jenis ini ialah selalu timbul
pada waktu yang sama (biasanya pagi di waktu sedang istirahat), pada EKG tampak
elevasi segmen ST, dan nyeri dada menghilang dengan pemberian nitrat (Boestan
dan suryawan, 2003).
V. Patofisiologi (Web of Caution).
VI. Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisik
didapatkan data seperti berikut:
1. Nyeri dada terasa tertekan disertai rasa
takut atau rasa akan menjelang ajal.
2. Refered pain: ke leher, dagu, bahu, dan lengan
sebelah kiri.
3. Rasa sesak, tercekik
4. Rasa lemah atau baal di lengan atas,
pergelangan tangan dan tangan disertai nyeri.
VII. Pemeriksaan
Laboratorium & Diagnostik/Penunjang
Pada EKG terlihat depresi
gelombang ST.
VIII. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul:
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d iskemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner, iskemia miokardia.
2. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan
kebutuhan, iskemi jaringan, lemah.
3. Risiko penurunan curah jantung b.d
perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.
4. Ansietas b.d ancaman kehilangan/kematian.
IX. Intervensi Keperawatan
dan Rasional (Doenges, 2000).
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d iskemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner, iskemia miokardia.
a. Anjurkan pasien untuk meberitahu perawat
dengan cepat bila terjadi nyeri dada
Rasional : Nyeri
dan penurunan curah jantung dapat merangsang sistem saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar norepinefrin, yang meningkatkan agregasi
trombosit.Nyeri tak bisa ditahan menyebabkan respon vosovagal, menurunkan TD
dan frekuensi jantung.
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Kaji dan catat respon pasien/efek obat.
Rasional: Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.
c. Identifikasi terjadinya pencetus, bila
ada: frekuensi, durasinya,dan lokasi nyeri.
Rasional: Membantu membedakan nyeri dada
dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina
stabil biasanya berakhir 3-5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan
dapat berakhir lebih dari 45 menit).
d. Observasi gejala yang berhubungan, contoh
dispnea, mual/muntah, pusing, keinginan berkemih.
Rasional: Penurunan curah jantung
merangsang sistem saraf simpatis/parasimpatis menyebabkan berbagai rasa
sakit/sensasidimana pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan
episode angina.
e. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher,
bahu, tangan, atau lengan (khsusnya pada sisi kiri).
Rasional: Nyeri jantung dapat menyebar,
contoh nyeri sering lebih kepermukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal
yang sama.
f.
Letakkan
pasien pada istirahat total selama episode angina.
Rasional:
Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan risiko cedera
jaringan/nekrosis.
g. Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien
napas pendek.
Rasional:
Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang.
h. Pantau tanda vital tiap 5 menit selama
serangan angina.
Rasional: TD dapat meningkat secara dini
sehubingan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi. Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan
menurunnya curah jantung.
i.
Ciptakan
lingkungan yang nyaman, tenang, batasi pengunjng bila perlu.
Rasional : Stres mental/emosi meningkatkan kerja miokard.
Rasional : Stres mental/emosi meningkatkan kerja miokard.
j.
Kolaborasi,
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional:
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah iskemia.
k. Kolaborasi, berikan antiangina sesuai
indikasi, seperti nitrogliserin: sublingual.
Rasional: Untuk pengobatan dan mencegah
nyeri angina.
l.
Pantau
perubahan seri EKG.
Rasional:
Iskemia selama serangan angina dapat menyebabkan depresi segmen ST.
2. Intoleran
aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan, iskemi jaringan, lemah.
a.
Catat
frekuensi, irama dan perubahan TD sebelum, selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Rasional: Kecendrungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat
mengindikasikan penurunnan oksigen.
b. Tingakatkan istirahat, batasi
aktivias pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan kaitvitas senggang yang
tidak berat.
Rasional: Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan resiko Komplikasi (perluasan IM).
c.
Batasi
pengunjung dan/kunjungan oleh pasien.
Rasional: Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien
d. Anjurkan pasien menhindari peningkatan
tekanan abdomen, conton: mengejan saat defekasi.
Rasional: Aktivitas yang menhan nafas dan menunduk
dapat mengakibatkan bradikardi, penurunan caruah jantung, dan takikardi.
e.
Jelaskan
pola peningkatan bertahap dari aktivitas
Rasional: Aktivitas yang maju,
memberikan kontrol jantung.
f.
Kaji
ulang tanda/gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas.
Rasional: Palpitasi, nadi tidak teratur, adanya
nyeri dada, atau dispenia dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan program olah
raga.
3.
Risiko penurunan curah
jantung b.d perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.
a.
Monitor
TTV, contoh frekuensi jantung, TD
Rasional: Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan
menurunnya curah jantung.
Perubahan juga terjadi pada TD
(hipertensi atau
hipotensi) karena respons jantung.
b. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai
indikasi
Rasional: Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya
kekuatan
nadi.
ketidakteraturan merupakan diritmia, perlu intervensi
lanjut.
c.
Catat
terjadinya S3, S4, adanya murmur, bunyi nafas.
Rasional: S3 dihubungkan dengan GJK, murmur
menunjukkan gangguan
aliran darah
normal dalam jantung, bunyi krekels menunjukkan
kongesti
paru.
d. Catat respon terhadap aktifitas dan
peningkatan istirahat dengan tepat.
Rasional: kelebihan latihan dengan meningkatkan konsumsi/kebutuhan
oksigen dan mempengaruhi fungsi miokardia.
e.
Berikan
makanan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh: kopi,
coklat, cola.
Rasional: Makanan besar dapat meningkatakan kerja miokardia. Kafein
adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat
meningkatkan kerja jantung.
f.
Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan
Rasional: Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard, menurunkan iskemi dan disritmia lanjut.
4. Ansietas
b.d ancaman kehilangan/kematian.
a. Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh
tes stres
Rasional: Menurunkan cemas rdan takut terhadap diagnosa dan prognosis
b. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut,
contoh menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien/orang terdekat mengetahui
ini sebagai reaksi normal. Catat pernyataan masalah, contoh ”serangan jantung
tak dapat dielakan”.
Rasional: Perasaan tidak diekspresikan
dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. Pernyataan masalah
menurunkan tegangan, mengklarifikasi tingkat koping, dan memudahkan
pemahamanperasaan. Adanya bicara tentang diri negatif meningkatkan tingkat cemas
dan eksaserbasi serangan angina
c. Dorong keluarga dan teman untuk menganggap
pasien seperti sebelumnya.
Rasional: Meyakinkan pasien bahwa
peran dalam keluarga dan kerja tidak
berubah.
d. Beritahu pasien program medis yang telah dibuat
untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas
jantung.
Rasional: Mendorong pasien untuk
mengontrol tes gejala (contoh, tak ada angina dengan tingkat aktivitas
tertentu), untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan
mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri.
e. Kolaborasi, berikan sedatif, tranquilizer
sesuai indikasi
Rasional: Mungkin diperlukan untuk
membantu pasien rileks sampai
secara fisik mampu
untuk membuat strategi koping adekuat.
X. Daftar Pustaka:
Boestan, I & Suryawan, R. (2003). Ilmu penyakit jantung. Surabaya: Airlangga Universitas Press
Black, J.
M., & Hawks, J. H. (2001). Medical
surgical nursing. Vol. 2 edisi 7. St. Lois. Missouri : Elsevier saunders.
Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia. A & Wilson, L. M. (2002).
Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit ed: 6. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku
ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:2. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar