LAPORAN PENDAHULUAN Ca. OVARIUM
DENGAN POST OPERASI
A. DEFENISI
Kanker Ovarium atau Kanker Indung Telur adalah
kanker tersering kedua dari seluruh tumor ganas ginekologi dan merupakan
penyebab kematian nomor satu dari seluruh kematian akibat kanker ginekologi.
Penderita umumnya di diagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi
dini yang akurat untuk kanker ovarium ini, sehingga hanya 25 – 30% saja yang
terdiagnosis pada stadium awal.
Kanker ovarium
merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat berasal
dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh karena itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering menjadi
perdebatan. Kira-kira 60% terdapat pada usia perimenopausal, 30% dalam masa
reproduksi, dan 10% pada usia jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga
tidak pasti ganas (borderline malignancy
atau carcinoma of low malignant potential) dan yang jelas ganas (malignant).
Kanker ovarium adalah kista ovarium yang bersifat
ganas.
B. ETIOLOGI
Studi
epidemiologik menyatakan beberapa faktor resiko yang penting sebagai penyebab
kanker ovarium adalah wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia
diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium,
kanker payudara atau kanker kolon. Sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan
pertama terjadi pada usia dibawah 25 tahun, penggunaan pil kontrasepsi dan
menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 – 60%. Faktor lingkungan
seperti penggunaan talk, konsumsi galaktose dan sterilisasi ternyata tidak
mempunyai dampak terhadap perkembangan penyakit ini.
C. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature.
Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular
dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk
karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau
terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel
yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas
atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan
jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari
3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
D. MANIFESTASI
KLINIS
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk tumor
kistik ( kista ovarium ) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kebanyakan
wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama.
Bila gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik pada stadium awal
dapat berupa gangguan haid. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih
mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan
atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada
saat bersenggama. Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan
adanya asites ( penimbunan cairan dalam rongga perut ) penyebaran ke omentum (
lemak perut ) dan organ-organ didalam rongga perut lainnya seperti usus-usus
dan hati seperti perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan
buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada
rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan
penderita sangat merasa sesak nafas.
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Sebagian besar
dari kanker ovarium bermula dari suatu kista, maka apabila pada seorang wanita
ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium) kewaspadaan
terhadap kista yang bersifat ganas dilakukan pada keadaan :
1.Kista cepat membesar
2.Kista pada usia remaja atau pasca menopause
3.Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4.Kista dengan bagian padat
5.Tumor pada ovarium
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut
diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan kearah
kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
dan bahkan mungkin diperlukan pemeriksaan CT-Scan / MRI. Pemeriksaan
laboratorium yang bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua
pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi
hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada
pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.
Hal terpenting pada operasi pasien yang tersangka kanker ovarium adalah
semaksimal mungkin berusaha agar kista tersebut keluar secara utuh, kemudian
dilakukan pemeriksaan ke laboratorium Patologi Anatomik (pemeriksaan potong
beku). Apabila hasil
pemeriksaan potong beku bukan suatu kanker, maka operasi selesai. Sebaliknya
bila hasil pemeriksaan potong beku adalah kanker ovarium maka operasi
dilanjutkan dengan mengangkat rahim, ovarium sisi lain, usus buntu, omentum,
melakukan biopsi pada tempat yang
dicurigai adanya penjalaran kanker di rongga perut dan melakukan pengambilan
kelenjar getah bening di panggul. Tindakan yang komplek ini disebut sebagai
”Staging lapstotomy” yang bertujuan untuk menentukan stadium penyakit sehingga
dapat ditentukan rencana pengobatan selanjutnya setelah operasi. Pada pasien
yang belum mempunyai keturunan atau masih menginginkan keturunan masih bisa
dipertimbangkan untuk tidak mengangkat rahim dan ovarium sisi lain. Perlu juga
diketahui bahwa akurasi dari hasil pemeriksaan potong beku tersebut hanya
berkisar anatar 90-95%, sehingga diagnosis dari kanker ovarium baru diketahui
setelah pemeriksaan Patologi Anatomik yang definitif. Hal ini menyebabkan pada
beberapa pasien dengan hasil potong beku menyatakan bukan kanker ovarium,
terpaksa dilakukan operasi ” Staging
laparotomy ”
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan
ovarium tergantung dari stadiumnya dan stadium kanker ovarium baru bisa
ditentukan setelah dilakukan operasi ( ”Staging Laparotomy” ). Sebagian besar
kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium
stadium awal saja ( stadium 1-A dan I-B
dengan derajat diferensiasi sel yang baik/ sedang ) yang tidak memerlukan lebih
dari satu jenis kemoterapi (kombinasi) untuk mendapatkan hasil pengobatan yang
baik. Kemoterapi umumnya diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu
sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara
berkala terhdap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran
cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
G. PENATALAKSANAAN
POST OPERASI
a.
Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
1. Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh
rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali,
bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara
serupa 10 mg morfin.
a.
Wanita dengan ukuran
tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50mg.
b.
Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah
100 mg Meperidin.
c.
Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.
2. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda
vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine
serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
3. Terapi cairan dan Diet
Untuk
pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output
urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling
lambat pada hari kedua.
4. Vesika Urinarius dan Usus
Kateter
dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah
operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah
pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif
kembali pada hari ketiga.
5. Ambulasi
Pada
hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun
dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat
berjalan dengan pertolongan.
6. Perawatan Luka
Luka
insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan
tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat
diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum,
pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
7. Laboratorium
Secara
rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau
keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
8. Perawatan Payudara
Pemberian
ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
9. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit
Seorang
pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari
rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang
lain (Cunningham, 1995).
H. ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
- Data pasien :Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
- Riwayat penyakit sebelumnya :Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
- Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
- Riwayat kebidanan: paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
- Pemeriksaan penunjang: Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.
2. Diagnosa
keperawatan
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d luka post operasi
- Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, mual muntah
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian, ancaman atau perubahan pada status kesehatan / sosioekonomi, fungsi peran, pola interaksi, kuranganya informasi mengenai penyakitnya dan prosedur pemeriksaan
- Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan.
e. Kurang
pengetahuan : mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurangnya informasi
3. Intervensi
keperawatan
No.
|
Dx.
Kep
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
|
Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d luka post operasi
Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anorexia, mual muntah
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman
kematian, ancaman atau perubahan pada status kesehatan / sosioekonomi, fungsi
peran, pola interaksi, kuranganya informasi mengenai penyakitnya dan prosedur
pemeriksaan
|
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu
cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
Kriteria hasil
:
§
Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
§
Intensitas
nyeri berkurangnya
§
Ekpresi
muka dan tubuh rileks
Setelah
dilakukan tindakan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
Kriteria hasil
:
§
Tidak
terjadi penurunan berat badan
§
Porsi
makan yang disediakan habis.
§
Keluhan mual dan muntah kurang
Setelah
dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri
yang timbul akibat kanker yang dialami dan cemas berkurang
Kriteria hasil :
§
Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
§
Intensitas nyeri berkurangnya
§
Ekpresi
muka dan tubuh rileks
|
§
Kaji
derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri
§
Observasi
TTV
§
Ajarkan
teknik relasasi dan distraksi
§
Berikan posisi yang nyaman
§
Ciptakan lingkungan yang nyaman
§
Anjurkan
keluarga untuk mendampingi klien
§
Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri
§
Jelaskan
tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
§
Berikan
makan TKTP
§
Timbang
BB sesuai indikasi
§
Anjurkan
makan sedikit tapi sering
§
Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres
§
Memberi makanan yang bervariasi
§
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik
§
Ciptakan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
§
Berikan
kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
§
Dorong
diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara
mengentrol dirinya.
§
Ciptakan
suasana lingklungan yang aman, nyaman dan tenang
§
Anjurkan
keluarga untuk terus mendampingi dan memberi motivasi pada pasien
|
§
Untuk
mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini
untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
§
Mengetahui efek dari nyeri
§
Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2
secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri.
§
Mengurangi nyeri
§
Menghindari stimulus eksternal
§
Memberikan
dukugan emosional dapat mengurangi nyeri
§
Sebagai
profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui
gejala pasti).
§
Memberikan informasi tentang nutrisi dapat
meningkatkan keinginan untuk makan
§
Mengatasi kekurangan energi protein
§
Mengawasi keefektifan secara diet
§
Tidak
memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
§
Melibatkan
pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong
untuk makan.
§
Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan
nafsu makan klien.
§
Obat
antiemetik menurunkan reaksi mual muntah
§
Hubungan terapeutik membantu pasien
mengungkapkan perasaan cemasnya
§
Pengungkapan perasaan akan mengurangi cemasnya
§
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi
kecemasan akibat kurang informasi
§
Lingkungan
yang nyaman mengurangi kecemasan
§
Peran
keluarga sangat mendukung secara psikologis untuk mengurangi kecemasan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar